Kesehatan Mental
Pengaruh Buruk Patah Hati bagi Kesehatan
Patah hati mungkin terdengar klise dan dramatis, tapi hal ini dapat memengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang. Perasaan ditinggalkan, tidak berharga dan terbuang membuat seseorang mempertanyakan value diri mereka. Secara emosional, orang patah hati akan mengalami penurunan mood dan nafsu makan yang akan menuntun ke penurunan berat badan.
Berdasarkan riset dari Proceedings of the National Academy of Sciences, orang yang mengalami patah hati memiliki efek yang serupa dengan mereka yang mengalami cedera fisik hingga 88%. Hal ini disebabkan karena kedua masalah ini diproses di tempat yang sama dalam otak yaitu secondary somatosensory cortex dan dorsal posterior insula.
Hal ini akan memicu aktifnya sistem parasimpatik-sistem yang mengatur pencernaan dan produksi air liur. Aktifnya sistem ini dapat mengakibatkan terganggunya pencernaan, mengganggu ritme detak jantung hingga nyeri dada.
Tips untuk Mengatasi Patah Hati
Orang yang sedang patah hati memiliki pandangan yang pesimis terhadap dunia sehingga sulit untuk mendorong mereka melakukan sesuatu. Meski demikian, mengatasi patah hati bukan hal yang tidak mungkin. Berikut beberapa tips agar hidup kembali cerah setelah mengalami patah hati.
Beri Waktu
Setelah kehilangan orang tersayang, hidup terasa berubah 180 derajat. Untuk beradaptasi dengan rutinitas baru, beri diri waktu secukupnya. Mungkin akan memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun dan itu normal. Jika diperlukan, menangis sepuasnya adalah langkah besar. Menurut Harvard University, selain menenangkan diri, menangis dapat melepaskan oksitosin dan endorfin sehingga mereduksi rasa sakit.
Penuhi Asupan Vitamin D
Vitamin D membantu pengaktifan sel T yang bertugas untuk menangkal bakteri dan virus dalam tubuh. Sel T merupakan salah satu sel sistem imun yang harus dipicu oleh vitamin D agar dapat bekerja optimal. Sel T inilah yang akan menjaga daya tahan tubuh tetap prima.
Sebuah studi menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara kekurangan vitamin D dan gejala depresi. Hal ini terjadi karena vitamin D juga membantu mengoptimalkan penyerapan kalsium. Rendahnya kalsium dapat meningkatkan resiko gejala depresi.
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin D dapat dilakukan dengan cara berjemur dan makan makanan kaya vitamin D. Untuk orang dewasa, asupan kebutuhan vitamin D sebaiknya tidak lebih dari 100 mikrogram atau 4000 IU per hari.
Berdasarkan riset dari Amerika Serikat, sinar matahari yang kaya akan vitamin D dapat memenuhi kebutuhan vitamin D dalam tubuh hingga 90%. Riset tersebut meneliti orang penderita depresi dan gangguan afektif musiman saat terkena paparan sinar matahari selama satu jam. Hasilnya, berjemur dapat mereduksi gejala-gejala depresi.
Selain berjemur dan makanan kaya vitamin D, vitamin D juga bisa didapatkan melalui suplementasi makanan seperti Holisticare D3 1000. Holisticare D3 1000 mengandung vitamin D yang bermanfaat untuk daya tahan tubuh melalui pengaktifan sel T sebagai sistem imun dan membantu penyerapan kalsium.
Solo Traveling
Patah hati mungkin membuat Anda kehilangan identitas diri dan mimpi. Dengan solo traveling, Anda dapat menemukan banyak hal yang mungkin akan membuka perspektif baru. Contohnya saat mengunjungi tempat baru, berkontemplasi akan menjadi jauh lebih efektif.
Menghabiskan Waktu dengan Teman
Disaat-saat rendah seperti ini, menghubungi teman bukanlah hal yang buruk. Anda dan teman-teman bisa melakukan hal kasual seperti memasak bersama atau melakukan kegiatan yang tertunda. Menghabiskan waktu dengan orang lain akan membangkitkan mood dan mempercepat proses move on.
Berolahraga
Olahraga akan memicu pelepasan hormon endorfin, yaitu hormon yang bertugas untuk melepaskan stres sehingga dapat mengembalikan suasana hati. Sebagai permulaan, Anda dapat melakukan olahraga ringan seperti berjalan santai hingga lari pagi.
Untuk bantu penuhi kebutuhan vitamin D dalam tubuh, bila perlu konsumsi Holisticare D3 1000. Holisticare D3 1000 mengandung vitamin D3 1000 IU yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan Vitamin D secara cepat pada kondisi tertentu seperti lansia, ibu hamil dan menyusui, penderita penyakit infeksi, penyakit autoimun.