Seberapa Besar Kemungkinan Reinfeksi COVID-19? - Holisticare
Holisticare Logo
Back to Article

Penyakit

Seberapa Besar Kemungkinan Reinfeksi COVID-19?

Meski Indonesia sudah melewati puncak gelombang ketiga pada pertengahan Februari, masih banyak orang yang terkena virus ini, termasuk kasus reinfeksi. Menurut Dr. Eric Daniel Tenda, Dosen Pendidik Klinis FKUI, pada CNN Indonesia, reinfeksi sangat mungkin terjadi karena munculnya varian-varian baru. 

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai fakta-fakta reinfeksi dan penyebabnya. 

Apa itu reinfeksi?

Reinfeksi merupakan infeksi kembali setelah seseorang sembuh dari infeksi penyakit yang sama pada suatu waktu. Hal ini akan semakin beresiko pada mereka yang belum menerima vaksinasi. Selain itu, munculnya varian-varian baru juga dapat menyebabkan reinfeksi. 

Pada Februari 2022, kasus COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan tajam yang dianggap disebabkan oleh varian baru, yaitu Omicron. Tercatat, kasus tertinggi sebanyak 64.718 pada 16 Februari 2022. Melonjaknya kasus Omicron terjadi karena penyebarannya terbilang tiga kali lebih cepat dan durasi inkubasi yang lebih singkat dibanding varian sebelumnya, Delta.  

Meski kasus COVID-19 di Indonesia mengalami penurunan, Anda dan keluarga harus tetap siaga karena di di beberapa negara justru sedang mengalami peningkatan yang signifikan seperti di Hong Kong dan negara-negara Eropa. 

Munculnya varian baru: Deltacron

Menurut UK Health Security Agency (UKHSA), terdapat varian baru bernama Deltacron. Seperti namanya, Deltacron merupakan mutasi hibrida antara varian Delta dan Omicron. Varian ini terkonfirmasi di Eropa seperti Prancis, Belanda hingga Amerika Serikat. 

Namun menurut keterangan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), varian Deltacron belum terdeteksi di Indonesia namun pemerintah tetap melakukan berbagai upaya pencegahan seperti memperkuat pemeriksaan Whole Genome Sequences (WGM) dalam mendeteksi varian baru. 

Meski begitu, munculnya varian baru, terlepas dari gejala dan resiko yang ditimbulkan, tetap perlu diwaspadai. Reinfeksi mungkin akan tetap terjadi selama COVID-19 terus bermutasi. 

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk reinfeksi terjadi?

Tidak ada jawaban pasti mengenai ini. Namun menurut UK Health Security Agency (UKHSA), umumnya seseorang bisa dikatakan terkena reinfeksi setelah 90 hari dinyatakan negatif dari infeksi sebelumnya. Meski demikian, tidak sedikit yang mengalami reinfeksi berminggu-minggu kemudian setelah infeksi pertama. 

Namun jika mengalami gejala serupa kurang dari 90 hari, diharapkan tetap melakukan mitigasi seperti isolasi, meski penyebabnya residu dari infeksi sebelumnya. Umumnya orang terkena reinfeksi 2 sampai 4 kali sejak status COVID-19 menjadi pandemi. Selama COVID-19 masih bersama kita, reinfeksi tidak akan bisa dihindari. 

Untuk mengurangi resiko reinfeksi, Anda dapat melakukan berbagai cara seperti vaksinasi, menerapkan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak) dan mengonsumsi vitamin-vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Salah satu vitamin yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh Anda adalah vitamin D3. Vitamin D3 dapat mengaktifkan sel T atau pembunuh sel dalam tubuh. Fungsi sel T ini adalah membunuh patogen-patogen asing seperti virus dan bakteri yang membahayakan tubuh. Anda bisa mendapatkan manfaat vitamin D3 melalui berjemur dan suplementasi.
Bila perlu, konsumsi Holisticare D3 1000 untuk memenuhi kebutuhan vitamin D secara cepat pada kondisi tertentu seperti lansia, ibu hamil dan menyusui, penderita penyakit infeksi, penyakit autoimun.

 

Ditinjau oleh: dr. Putri Wulandari



Website ini menggunakan cookie untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari lebih lanjut.
Testing
Holisticare - Facebook Holisticare - Instagram Holisticare - Twitter Holisticare - Youtube