Dunia Kerja
Zoom Fatigue: Definisi dan Cara Mengatasinya
Zoom fatigue atau dikenal juga dengan virtual fatigue adalah kelelahan berlebih (burnout) yang diakibatkan oleh penggunaan aplikasi konferensi video. Semenjak pandemi, aktivitas dan rutinitas berubah dari konvensional menjadi virtual, apalagi sejak diberlakukannya sistem Working From Home (WFH) oleh pemerintah.
Jika kamu merasa kelelahan setelah melakukan beberapa panggilan video yang berhubungan dengan pekerjaan, bukan berarti kamu mendramatisir hal sederhana. Meski bukan terminologi formal, zoom fatigue benar terjadi di sekitar kita apalagi selama pandemi. Apa saja penyebabnya dan bagaimana mengatasinya? Simak artikel berikut.
Artikel ini dipersembahkan oleh Holisticare Fit, sebuah suplemen kesehatan yang memiliki kandungan Ester-C dan B Complex. Kandungan Ester-C dalam Holisticare Fit lebih tidak perih di lambung dan Vitamin B Complex dapat membantu tubuh dalam mendapatkan energi.
Kenapa Bisa Terjadi
Sebenarnya, kelelahan ekstrim akibat pekerjaan bukanlah hal baru, namun kemunculan COVID-19 membuat hal ini semakin dialami oleh banyak orang. Selama pandemi, muncul regulasi baru seperti jaga jarak dan WFH sehingga penggunaan teknologi menjadi semakin masif. Hal ini bagi sebagian orang akan membawa segudang keuntungan namun hal yang berlebih hampir tidak pernah menguntungkan.
Menurut studi dari Stanford University, terdapat 4 faktor penyebab zoom fatigue.
1. Kontak mata jarak dekat dan intens yang berlebih
Saat kamu melakukan rapat sebelum pandemi terjadi, umumnya kamu berada di sebuah ruangan dengan beberapa orang dan benda lainnya. Selama rapat berlangsung, kamu bisa saja mengalihkan pandanganmu ke arah lain, selain ke pembicara dan hal ini sangat normal. Pun saat kamu yang menjadi pembicara, kamu bisa memandang objek lain di sela-sela sesi.
Bandingkan selama pandemi, kamu harus melakukan rapat melalui konferensi video dengan jarak pandang antara partisipan maksimal 50 cm. Meski kamu sedang tidak berbicara, akan ada kontak mata yang dekat dan intens ke arahmu. Hal ini bisa memicu rasa cemas pada seseorang.
2. Refleksi diri sendiri pada layar dengan waktu yang lama
Kebanyakan konferensi video akan menampilkan wajah partisipan di layar, meski terdapat fitur off-cam dan memperkecil layar. Namun saat berbicara dan harus on-cam, kamu akan dihadapkan dengan diri sendiri, layaknya bercermin.
Pada tahap ini, kamu akan lebih kritis terhadap diri sendiri. Kamu akan lebih memperhatikan visual dan cara kamu berbicara dibanding substansi rapat. Sudah banyak studi yang menyatakan bahwa melihat cerminan diri sendiri membawa dampak negatif seperti membuat diri menjadi tidak nyaman dan rendah diri.
3. Terbatasnya pergerakan tubuh
Konferensi video mengharuskan perangkat yang besar dan berat sehingga harus digunakan pada tempat yang sama. Hal ini membuat tubuh menjadi jarang bergerak, berbeda saat sebelum pandemi. Dikutip dari Harvard University, pergerakan yang aktif dapat mengurangi kecemasan.
4. Beban kognitif yang lebih berat
Saat melakukan interaksi konvensional antar orang, tubuh memiliki reaksi alamiah, tanpa bantuan kognitif yang banyak. Misalnya, saat melakukan komunikasi dua arah, kita hanya fokus pada substansi, tidak memikirkan apakah respon kita diterima dengan benar kepada si penerima karena tidak terbatasnya medium (gestur, mimik dan intonasi).
Sementara saat melakukan konferensi video, medium menjadi terbatas pada visual atau yang terlihat pada layar sehingga sering kali salah persepsi. Kita harus bekerja dua kali lipat untuk memastikan pesan yang diterima sesuai dengan yang dimaksud. Hal ini diperparah saat terjadi gangguan sinyal pada komputer.
Perbedaannya dengan Kelelahan Biasa
Setiap orang pasti pernah mengalami kelelahan tanpa memandang usia, jenis kelamin dan kebiasaan. Untuk mengatasinya, kamu bisa tidur yang cukup dan berolahraga. Namun bagaimana jika tidur dan olahraga masih membuat kamu lelah? Mungkin kamu sedang mengalami kelelahan ekstrim atau fatigue.
Fatigue adalah kelelahan ekstrim yang biasanya menyerang usia dewasa dan lebih tua. Tidak hanya fisik, fatigue juga dapat menyerang psikis kamu. Terutama saat pandemi, di mana kamu diwajibkan untuk Working From Home (WFH) tanpa melakukan interaksi langsung dengan orang lain.
Selain faktor tidur yang cukup dan berolahraga, ada beberapa hal yang dapat menjadi faktor pembeda. Jika kamu mengalami hal-hal seperti di bawah ini, mungkin saja kamu sedang mengalami fatigue.
- pusing
- nyeri otot
- sakit kepala
- pandangan buram
- tidak ada motivasi
- kelelahan terus menerus
- sulit berkonsentrasi
- selera makan hilang
- sulit mengontrol emosi
- sulit dalam mengambil keputusan
Faktor Lain yang Dapat Memengaruhi
Selain kerja berlebih, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan dan memperparah fatigue. Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhinya.
Gaya Hidup
Berikut beberapa gaya hidup yang dapat memengaruhi fatigue:
- mengonsumsi alkohol
- kurang tidur
- terlalu banyak tidur
- jarang berolahraga
- munculnya masalah personal seperti keuangan dan keluarga
Masalah Kesehatan
Munculnya fatigue mungkin menjadi tanda bahwa kamu sedang mengalami masalah kesehatan. Fatigue bisa menjadi tanda penyakit tiroid, jantung dan diabetes. Jika kamu mengalami fatigue terus menerus, kamu bisa konsultasi ke tenaga kesehatan di sekitar kamu.
Masalah Psikologis
Studi menemukan bahwa faktor psikologis menjadi faktor tertinggi penyebab fatigue, sedikitnya 50%.
- depresi: ditandai dengan rasa putus asa berkepanjangan dan enggan beraktivitas. Orang yang menderita depresi umumnya mengalami kelelahan ekstrim.
- kecemasan dan stres: gangguan kecemasan dan stres akan mendorong tubuh untuk lebih aktif bergerak, seperti menggoyangkan kaki saat duduk. Adrenalin berlebih dalam tubuh akan membuat tubuh cepat lelah.
- kehilangan seseorang: tidak dapat bertemu selamanya dengan orang terdekat menimbulkan duka yang mendalam. Hal ini memicu rasa bersalah, kesepian, stres dan depresi.
Bagaimana Mengatasinya
Selain melelahkan, zoom fatigue juga dapat mengganggu produktivitas kamu sehari-hari. Sebelum melompat ke perawatannya, kamu harus tahu apa penyebab zoom fatigue yang kamu alami, terutama bila ada faktor lain yang memengaruhinya. Setelah itu, lakukan perbaikan dan evaluasi secara berkala.
Namun berikut beberapa hal mudah yang bisa kamu lakukan untuk meminimalisir zoom fatigue selama pandemi.
- Perbaiki pengaturan aplikasi
Kamu harus tahu kapan waktu yang tepat untuk rehat dari konferensi video. Jika kamu sudah mulai merasakan gejalanya, kamu dapat meminimalkan layar konferensi video atau mengaktifkan fitur off-cam.
- Gunakan keyboard eksternal
Fungsi keyboard eksternal di sini adalah sebagai batasan antara kamu dan partisipan. Atur jarak antara keyboard dan monitor yang membuat kamu menjadi terintimidasi atau tidak nyaman
- Perbaiki kualitas tidur
Tidur yang baik bukan hanya berbicara tentang tidur selama 8 jam namun apakah kamu tidur dengan benar sehingga badan kamu akan terasa segar setelah tidur. Hindari asupan kafein dan alkohol serta berolahraga sebelum tidur.
- Perhatikan asupan nutrisi
Meski memiliki beban pekerjaan, kamu harus tetap memerhatikan asupan yang masuk ke dalam tubuh kamu. Kamu bisa memulai dengan mencukupi karbohidrat, protein, serat, mineral dan air.
- Konsumsi suplementasi
Jika diperlukan, kamu bisa mengonsumsi suplementasi untuk membantu menunjang aktivitas kamu yang padat. Vitamin yang dapat mendorong energi kamu sehingga meminimalisir kelelahan berlebih ialah vitamin C dan B kompleks.
Studi mengatakan bahwa vitamin C dapat mereduksi fatigue, terutama pada para pekerja. Sementara vitamin B kompleks dapat mendorong energi kamu karena vitamin B dapat mengubah lemak dan protein menjadi energi.
Nah, salah satu jenis vitamin C adalah Ester-C, yang lebih tidak perih di lambung. Kamu bisa mendapatkan manfaat kandungan Ester-C dan vitamin B kompleks tersebut dalam Holisticare Fit. Ester-C dan vitamin B kompleks dalam Holisticare Fit dapat membantu tubuh kamu untuk mendapatkan energi.
Jika tidak mengalami peningkatan yang signifikan, kamu bisa berkonsultasi ke tenaga kesehatan di sekitar kamu.
Ditinjau oleh: dr. Putri Wulandari





