Daya Tahan Tubuh
Tips Memilih Suplemen Vitamin C yang Aman
Mencukupi kebutuhan Vitamin C lewat suplemen sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. Kondisi lingkungan yang berisiko, padatnya aktivitas, gaya hidup kurang sehat, serta kualitas buah dan sayur yang sudah berkurang, membuat warga perkotaan butuh suplemen Vitamin C dengan kandungan yang lebih pasti. Karena, suplemen dinilai paling tepat dan praktis untuk mencukupi kebutuhan Vitamin C mereka.
Ada banyak pilihan suplemen Vitamin C yang beredar di pasaran. Beda produk, beda pula jenis, dosis, dan penyerapannya. Sejauh ini pengetahuan tentang perbedaan suplemen Vitamin C tersebut masih belum diketahui banyak orang. Mayoritas orang masih cenderung memilih suplemen Vitamin C berdasarkan dosis, rasa asam, atau peningkatan energi yang mereka rasakan. Jika suplemen Vitamin C itu membuatnya terasa lebih kuat dan bugar, maka suplemen itulah yang ia pilih. Padahal peningkatan energi bisa jadi bukan berasal dari Vitamin C, melainkan bahan tambahan lain seperti gula atau Vitamin B.
Memang, semua suplemen Vitamin C akan memberikan manfaat yang baik untuk kesehatan. Namun pilihan Vitamin C yang kurang tepat justru bisa mengikutsertakan efek negatif yang mungkin belum disadari. Ya, kesehatan organ tubuh seperti lambung dan ginjal berpotensi ‘terancam’. Dan, masalah lain yang akan dihadapi adalah kemungkinan terbuangnya Vitamin C lebih banyak dari yang diserap tubuh sehingga menjadi mubazir dan membuat kerja ginjal menjadi lebih berat dalam membuang residu Vitamin C.
Bagaimana Memilih Suplemen Vitamin C Yang Aman?
1. Pastikan vitamin C-mu memiliki keterangan tidak asam di lambung.
Umumnya Vitamin C bersifat asam sehingga dapat menimbulkan iritasi pada lambung. Tingkat keasaman Vitamin C ditunjukkan dari kadar pH-nya. Semakin pH mendekati netral (pH=7), semakin aman suplemen Vitamin C bagi lambungmu.
2. Dosis tinggi bukan jaminan, pilih dosis yang maksimal diserap.
Dalam kondisi normal, tubuh bisa menyerap Vitamin C dengan efektif hingga 250 miligram per hari. Dosis yang lebih dari itu tidak berpengaruh banyak terhadap kadar Vitamin C dalam tubuh. Bahkan sebuah penelitian membuktikan, semakin tinggi dosis Vitamin C yang masuk ke tubuh, semakin tinggi pula persentase jumlah yang terbuang. Karena itu, dosis tinggi bukanlah jaminan Vitamin C terserap lebih banyak.
3. Lebih cepat diserap, itu lebih baik.
Vitamin C biasanya membutuhkan proses metabolisme yang panjang sebelum memberikan manfaat pada tubuh. Tahapan inilah yang membuat Vitamin C lebih banyak terbuang daripada terserap. Namun ada Vitamin C tertentu yang memiliki tahap lebih pendek dari biasanya, yaitu Vitamin C yang dilengkapi metabolit dehidroaskorbat dan kalsium threonat.
Saat masuk ke tubuh, vitamin C ini tidak perlu lagi menjalani proses metabolisme yang panjang dalam tubuh, sehingga lebih mudah diserap dan disimpan dalam jaringan tubuh dan tidak terbuang sia-sia. Hasilnya Vitamin C yang terserap akan lebih cepat. Sebagai ilustrasinya, kamu bisa mengecek grafik di samping ini.
4. Pilih Vitamin C dengan penyerapan optimal.
Selain memangkas proses penyerapan di sel darah putih, Vitamin C yang dilengkapi dengan metabolit dehidroaskorbat dan kalsium threonat juga mengoptimalkan penyerapan. Jumlah terbuangnya Vitamin C juga dipengaruhi oleh lamanya ‘antrean’ proses penyerapan.
Ketika penyerapan lebih cepat, Vitamin C akan lebih banyak diserap. Jumlah yang terbuang pun lebih sedikit. Pilihlah suplemen Vitamin C dengan metabolit dehidroaskorbat dan kalsium threonat, sehingga dapat diserap tubuh dengan optimal.
5. Pilih Vitamin C yang bertahan 24 jam.
Vitamin C biasa dapat bertahan dalam tubuh selama 4 jam, dan kemudian jumlahnya mengalami penurunan di tubuh. Perkembangan teknologi saat ini membuat beberapa produsen berani mengklaim bahwa produk Vitamin C mereka dapat bertahan beberapa jam di dalam tubuh. Sebaiknya Anda memilih Vitamin C yang mampu bertahan dalam tubuh selama 24 jam.
6. Pilih yang menghasilkan oksalat terendah.
Mengonsumsi Vitamin C dosis tinggi secara terus menerus berpotensi menimbulkan pengendapan oksalat di ginjal. Oksalat adalah metabolit akhir Vitamin C yang tidak terserap sempurna, dan berpotensi menyebabkan batu ginjal (kalsium oksalat).
7. Cek apakah suplemen Vitamin C kamu halal.
Bagi sebagian orang, kehalalan merupakan sesuatu yang penting diperhatikan sebelum mengonsumsi segala sesuatu. Suplemen Vitamin C yang telah bersertifikasi halal tentu akan membuatmu lebih nyaman mengonsumsinya. Apalagi ketika Anda sedang memilih suplemen untuk puasa.






