Kesehatan Mental
Takut Balas Chat? Bisa Jadi Tanda Texting Anxiety
Pernahkah kamu merasa takut untuk membalas pesan seseorang? Atau bertanya di grup obrolan kampus atau kantor? Jika pernah, itu bisa jadi tanda kamu sedang mengalami texting anxiety, dan hal ini bisa dijelaskan secara ilmiah.
Texting anxiety adalah kecemasan saat mengirim pesan. Ini bisa dialami oleh semua orang dan trennya meningkat sejak pandemi. Terbatasnya kesempatan untuk bertemu selama pandemi menciptakan peningkatan penggunaan media sosial dan membuat media komunikasi online menjadi satu-satunya cara untuk bersosialisasi. Texting anxiety juga merupakan tanda kalau kamu sedang burnout dan sebaiknya rehat sejenak dari media sosial dan gawai.
Penyebab Texting Anxiety
Ada banyak alasan kenapa seseorang bisa merasa cemas dan takut untuk mengirim dan pesan. Studi menyebutkan pada dasarnya pesan teks membawa pengaruh negatif pada emosional karena membutuhkan lebih banyak waktu, tenaga, dan usaha. Orang akan berpikir lebih keras ketika mengetik pesan dibanding berbicara tatap muka.
Pesan teks bisa menjadi sulit karena adanya batasan interaksi. Kita tidak bisa melihat ekspresi dan mendengar intonasi dari si penerima, sehingga seringkali salah persepsi. Kita tidak ingin makna pesan yang disampaikan menjadi berubah. Hal inilah yang seringkali membuat kita menjadi cemas dan takut.
Rasa cemas juga bisa muncul saat pesan tidak direspon oleh si penerima, dan ini bisa memicu harga diri (self-esteem) yang rendah. Rendahnya self-esteem berhubungan dengan penggunaan ponsel yang bermasalah. Mereka dengan self-esteem rendah cenderung menggunakan ponsel saat berada di situasi tidak menyenangkan.
Rasa cemas berhubungan erat dengan stres. Stres saat berkirim pesan bisa disebabkan oleh komunikasi dan sosialisasi yang berlebihan, hingga technostress. Technostress adalah stres atau gangguan psikosomatis yang disebabkan oleh penggunaan elektronik yang berlebihan saat bekerja. Hal ini juga dapat memicu kelelahan ekstrim (texting fatigue) akibat berkirim pesan.
Texting Anxiety Selama Pandemi
Pandemi tidak hanya merubah tatanan sosial tapi juga individu. Banyak orang yang mengalami stres dan burnout selama pandemi. Semua aktivitas; bekerja, hangout, hiburan, dan sekedar silaturahmi, dilakukan melalui layar. Ini membuat kita sulit membagi waktu dan akhirnya kewalahan.
Paparan blue light dari gawai juga telah diteliti membawa dampak negatif bagi kondisi psikis. Kemudian kita mulai mengabaikan pesan dan pada saat yang sama rasa cemas juga menghantui. Apakah kita melewatkan sesuatu yang penting?
Apa yang Bisa Kamu Lakukan?
Memulai percakapan dan membalas pesan teks bisa sangat melelahkan, terutama bagi introvert. Kita mungkin tidak ingin orang salah menilai dan salah persepsi tentang kita, dan itu normal. Tetapi jangan sampai itu mempengaruhi seluruh aspek dalam kehidupan kita sampai mengganggu aktivitas. Atau dalam kasus berat, dapat memicu masalah kesehatan yang serius.
Begini cara mengatasi texting anxiety
Ajak bertemu secara langsung
Tidak semua orang lihai dalam mengatur kata-kata, sehingga pesan teks yang disampaikan mungkin akan ambigu dan justru tidak mewakilkan tujuan. Cobalah untuk bertemu secara langsung dan obrolkan topik yang ingin dibahas. Bila perlu, ceritakan masalah kamu terkait texting anxiety agar tidak ada kesalahpahaman.
Mindfulness
Mindfulness adalah perasaan mawas diri, di mana kamu lebih sadar akan situasi sekitar, termasuk situasi psikis kamu. Saat kamu lebih mawas diri, kamu akan menjadi lebih tenang dan dapat berpikir jernih. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sifat mindfulness memilih lebih jarang menggunakan pesan teks untuk menghindari perasaan negatif.
Digital detox
Salah satu penyebab munculnya rasa cemas adalah penggunaan gawai yang berlebihan. Digital detox dapat mengurangi rasa cemas, stres, depresi dan meningkatkan produktivitas. Atur interval digital detox sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kamu.
Matikan notifikasi
Cara paling mudah yang bisa kamu lakukan adalah dengan mengatur notifikasi ponsel kamu. Kamu bisa mematikan notifikasi untuk platform yang kamu rasa tidak terlalu penting dan sangat mengganggu.
Anxiety dan Kekurangan Vitamin C
Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa kekurangan vitamin C memicu gangguan psikologis seperti stres, rasa cemas, hingga kelelahan ekstrim (fatigue). Gejala gangguan psikologis terlihat membaik saat memiliki asupan vitamin C yang cukup. Mengonsumsi suplementasi vitamin C juga tampaknya dapat memperbaiki suasana hati.
Holisticare Ester C bisa jadi pilihan kamu. Holisticare Ester C mengandung salah satu jenis vitamin C yang tidak asam (non-acidic), yaitu Ester-C. Manfaat Ester-C nya akan menjaga daya tahan tubuh kamu seharian dan lebih tidak perih di lambung dibanding vitamin C biasa.
Ditinjau oleh: dr. Putri Wulandari





