Holisticare Logo
Sering Menggunakan Media Sosial Bisa Picu Depresi
Back to Article

Kesehatan Mental

Sering Menggunakan Media Sosial Bisa Picu Depresi!

Penggunaan media sosial di Indonesia terbilang sangat tinggi, dengan akumulasi 61% pada 2021. Rata-rata orang Indonesia menggunakan media sosial selama 8 jam 54 menit dan masuk ke dalam 10 besar sebagai negara dengan populasi kecanduan media sosial. 

Dibalik segudang manfaatnya untuk ketersediaan informasi dan hiburan, media sosial juga punya dampak negatif bagi kesehatan, terutama kesehatan mental. Meski tidak secara langsung, menggunakan media sosial pada waktu lama dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, hingga tingkat percaya diri yang rendah. 

Artikel ini dipersembahkan oleh Holisticare EsterC, suplemen untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh kamu sepanjang hari. Ester-C bertugas sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh, dan bersifat tidak perih di lambung. 

Apa itu depresi?

Depresi adalah perubahan suasana hati yang ditandai dengan rasa sedih dan tidak bergairah dalam kurun waktu lebih dari 2 minggu. Depresi dapat mengganggu rutinitas dan produktivitas, bahkan kehilangan minat pada hal-hal yang disukai. 

Mengapa media sosial bisa meningkatkan risiko depresi?

Depresi akibat media sosial bisa dialami oleh siapa saja, termasuk remaja dan orang dewasa. Namun, media sosial sendiri tidak dapat membuat penggunanya merasa depresi. Risiko depresi terjadi karena gaya hidup yang berhubungan dengan penggunaan media sosial itu sendiri. Berikut 4 faktor penyebab media sosial bisa meningkatkan risiko depresi. 

1. Isolasi diri

Saat interaksi sosial seseorang berkurang hingga mengisolasi diri, itu bisa jadi pertanda penggunaan media sosial berlebihan. Isolasi diri dapat menimbulkan rasa kesepian. Kesepian sangat erat kaitannya dengan depresi, kecemasan, bahkan perasaan bunuh diri. 

2. FOMO 

FOMO atau Fear of Missing Out adalah perasaan di mana seseorang haus akan informasi dan takut ketinggalan berita terkini. Informasi yang berlebihan bisa bikin kamu burnout lho. FOMO juga terbukti berhubungan erat dengan kecemasan hingga depresi mayor. 

3. Membandingkan diri dengan orang lain

Media daring adalah tempat di mana orang dengan mudah mengedit foto dan banyak yang sulit membedakan mana yang asli dan palsu. Masifnya informasi di media seperti Instagram, Twitter, dan TikTok dapat memengaruhi pola pikir termasuk rasa percaya diri dan citra diri. Orang akan lebih sering mempertanyakan nilai diri mereka karena standar yang ditetapkan berasal dari jagat maya. 

Membanding-bandingkan diri dengan orang lain akan membuat kamu tidak bahagia dan bisa memicu stres. Ingatlah, ada alasan kenapa media sosial disebut dunia “virtual”.

4. Gangguan tidur

Radiasi blue light dari gawai dapat memperburuk penglihatan dan mengganggu ritme sirkadian atau siklus tidur. Ritme sirkadian berperan penting dalam proses otak seperti neurotransmisi dan sekresi hormon. Terganggunya aktivitas neurotransmisi dan sekresi hormon dapat memicu depresi.

Bagaimana mengurangi penggunaan media sosial?

Media sosial dapat memicu gejala-gejala depresi. Untuk menghindari munculnya gejala-gejala tersebut, cobalah beberapa tips mudah di bawah ini untuk mengurangi screen time harian kamu. 

1. Matikan notifikasi

Langkah termudah yang bisa kamu lakukan adalah mematikan notifikasi. Langkah ini akan membuat kamu lebih mudah fokus pada hal yang sedang kamu kerjakan. Notifikasi yang muncul dengan nada dan pemberitahuan di layar akan menuntut kamu untuk segera memeriksa, sebab bisa jadi itu hal penting yang tidak boleh dilewatkan.

2. Gunakan aplikasi pendukung untuk mengunci gawai

Selain “Do Not Disturb”, mengurangi screen time juga bisa dilakukan dengan bantuan aplikasi yang bertujuan untuk memblokir kerja gawai sehingga kamu tidak bisa menggunakan dan mengaksesnya. 

3. Ikut komunitas di sekitar 

Komunitas akan membantu kamu lebih fokus dengan dunia luar. Kamu bisa mengikuti komunitas yang sesuai dengan hobi kamu atau bahkan hal yang belum pernah kamu coba. Kamu bisa coba dengan komunitas bulu tangkis, hiking, panjat tebing, dan komunitas pecinta literatur. 

4. Hapus aplikasi yang tidak kamu butuhkan

Kamu tidak harus memiliki semua jenis platform atau aplikasi di gawai kamu. Cobalah memfilter aplikasi mana yang memang kamu butuhkan dan mana yang tidak terlalu kamu butuhkan. 

5. Media detoks

Jika kamu kecanduan pada satu aplikasi tapi aplikasi tersebut juga penting untuk kamu, cobalah media detoks. Kamu bisa memulainya secara bertahap, mulai dari seminggu, dua minggu, hingga kamu merasa tidak kecanduan lagi. Riset menyebutkan, media detoks selama seminggu dapat mengurangi depresi dan kecemasan. Partisipan yang terlibat merasa lebih optimis, dapat berpikir jernih, dan lebih jarang khawatir. 

 

Ditinjau oleh: dr. Putri Wulandari



Website ini menggunakan cookie untuk memastikan Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari lebih lanjut.
Testing
Holisticare - Facebook Holisticare - Instagram Holisticare - Twitter Holisticare - Youtube